Minggu, 25 Mei 2008

Ady pe Outline

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, kebutuhan akan pendidikan juga semakin meningkat. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan sehingga dapat membentuk manusia yang produktif, kreativ, inovatif dan profesional dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan telah ditempuh melalui berbagai kebijakan yang telah dilaksanakan. Di antaranya adalah penyempurnaan kurikulum, pengadaan fasilitas, lokakarya bagi guru-guru dan kebijakan-kebijakan lain yang bertujuan meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, agar tujuan pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut dapat tercapai dengan baik maka tidaklah lepas dari keterkaitan antara semua komponen yang ada di dalam pembelajaran itu sendiri.

Dalam keseluruhan proses belajar mengajar terdapat berbagai unsur pendidikan yang penting. Guru, siswa, kurikulum, bahan ajar, media pembelajaran serta interaksi dan hasil belajar adalah unsur utama yang menyatu dalam proses belajar mengajar. Bahkan tanpa salah satu dari unsur ini maka kegiatan proses belajar mengajar tidak akan berlangsung dengan baik, sehingga dapat dikatakan setiap unsur yang ada saling menunjang dan berkaitan dalam membangun bentuk nyata dari proses belajar mengajar.

Proses pembelajaran tidaklah lepas dari peran guru sebagai pembelajar yang memiliki kewajiban mencari, menemukan dan diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa. Oleh karena itu, guru dituntut agar kreatif dalam memilih model pembelajaran dan strategi belajar yang sesuai, serta kreatif dalam membuat media pembelajaran untuk menjelaskan teori dan konsep yang kadang abstrak agar tervisualisasi sehingga mudah dipahami dan dimengerti oleh anak didiknya.

Media pembelajaran yang dipersiapkan dan dibuat oleh guru sendiri merupakan hal yang mutlak dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu secara tidak langsung hal ini menuntut kreatifitas dan usaha yang terus menerus dari para guru untuk selalu mengembangkan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan hakikat proses belajar mengajar

Hakikat proses belajar-mengajar adalah proses komunikasi, yaitu penyampaian informasi dari sumber informasi melalui media tertentu kepada penerima informasi. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor kegagalan pembelajaran adalah adanya berbagai jenis hambatan dalam proses komunikasi antara siswa dan guru karena variasi dalam pengajaran serta jarangnya digunakan alat bantu yang dapat memperjelas pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. Pemilihan media yang tepat menjadi penting agar transfer ilmu pengetahuan dari guru bisa maksimal, sehingga siswa tidak hanya mendengar apa yang disampikan oleh guru, tetapi juga melihat indra yang dimilikinya.

Rendahnya mutu pendidikan di sekolah dapat dilihat pada sekolah menengah Pertama yaitu khususnya pada mata pelajaran Fisika. Rendahnya mutu pendidikan ini disebabkan oleh sebagian besar pembelajaran di sekolah masih banyak menggunakan strategi yang lebih berpusat pada guru. Selama ini metode belajar yang sering digunakan adalah guru berbicara sedangkan murid lebih banyak mendengarkan. Jika sedikit saja siswa tidak memperhatikan maka akan kesulitan untuk mengikuti materi yang diberikan, apalagi mata pelajaran fisika yang tidak terlepas dari konsep abstrak. Sesuai dengan survei yang telah dilakukan oleh peneliti, siswa pada kelas VII masing kurang memahami materi “Wujud Zat”, sebab ada beberapa konsep abstrak seperti susunan partikel zat, baik itu zat padat, cair maupun gas.

Hal ini merupakan suatu problem dan tantangan bagi seorang guru atau pengajar untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika khususnya pada materi wujud zat. Salah satu penentunya adalah penggunaan metode serta media yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu dibutuhkan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk mengatasi masalah ini agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah penggunaan media pembelajaran dan metode Pembelajaran yang tepat yaitu menggunakan Macromedia Flashyang diintegrasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif . Dengan menggunakan media ini diharapkan siswa bisa lebih memahami materi yang diberikan karena di samping mendengar juga melihat animasinya secara langsung. Dengan metode ini pula diharapkan siswa lebih mampu memahami materi, dan lebih interaktif terhadap pelajaran yang diberikan dan tidak hanya sekedar diam duduk mendengar guru berbicara.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan suatu penelitian dengan formulasi judul yakni ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Macromedia Flash Diintegrasikan Dengan Pembelajaran Kooperatif Pada Materi wujud Zat”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi permasalahan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah dengan menggunakan Macromedia Flash yang Diintegrasikan dengan Pembelajaran Kooperatif pada materi wujud zat hasil belajar siswa dapat meningkat ?

1.3 Pemecahan Masalah

Dalam pembelajaran Fisika, banyak permasalahan yang ditemui. Antara lain kurangnya pemahaman konsep Fisika, kurangnya minat belajar siswa, kurangnya motivasi belajar siswa, banyak kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Selain itu, siswa sering lupa dengan informasi yang telah mereka peroleh. Hal ini yang menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika sangat rendah.

Hal di atas merupakan suatu permasalahan yang harus mendapat perhatian khusus dari penyelenggara pendidikan. Untuk mengatasinya, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Salah satunya adalah penggunaan Macromedia Flash dan Model Pembelajaran Kooperatif. Pada Penggunaan Macromedia Flash dan Model Pembelajaran Kooperatif ini selain siswa dibimbing dalam kelompok untuk mendiskusikan materi yang telah diajarkan, siswa akan lebih mudah dalam memahami dan menerima konsep-konsep fisika yang diberikan sebab penggunaan Macromedia Flash akan mempermudah penyampaian konsep-konsep fisika, baik yang berupa konsep-konsep dasar maupun konsep-konsep bersifat abstrak.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam menggunakan media pembelajaran Animasi Flash Fisika dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Materi Wujud Zat.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas belajar siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

2. Memberikan informasi kepada penyelenggara pendidikan tentang upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan Media Pembelajaran Animasi Flash Fisika dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

3. Sebagai bahan referensi bagi sekolah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah khususnya dan kualitas pendidikan dan mutu pendidikan.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Tentang Media Pembelajaran

Proses belajar-mengajar atau proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

Tujuan pendidikan pada dasarnya adalah mengantar para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu maupun makhluk sosial. Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pembelajaran. Lingkungan mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, media pembelajaran, metodologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Unsur-unsur tersebut dikenal dengan sebutan komponen-komponen pembelajaran.

Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gerlach dan Ely (dalam Wijaya Kusumah, 2007) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.

AECT (Association of Educational and Communication Technology, 1977) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Di samping sebagai sistem penyampai atau pengantar media yang sering diganti dengan kata mediator menurut Fleming (1987:234) adalah penyebab atau alat yang turut campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar yakni siswa dan isi belajar. Disamping itu, mediator dapat pula mencerminkan pengertian bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan canggih, dapat disebut media. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran.

Menurut Heinich (dalam Dwi, 2007) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman, audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau pesan-pesan intruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran.. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (dalam Wijaya Kusumah, 2007) adalah “alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai alat penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran.

Selanjutnya ditegaskan oleh Purnamawati dan Eldarni (dalam Wijaya Kusumah, 2007) yaitu : “Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.

Lilik Setiono (2008) Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa yang menjurus ke arah terjadinya proses belajar. Ada beberapa faktor pertimbangan sebuah media digunakan dalam proses pembelajaran, antara lain:

1. Ketepatannya dengan tujuan pembelajaran.

2. Dukungan terhadap bahan pembelajaran.

3. Kemudahan memperoleh media.

4. Keterampilan dalam menggunakannya.

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat membantu siswa dalam proses belajar sehingga siswa dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan dalam pembelajaran.

2.2 Media Pengajaran dan Manfaatnya

Para ahli telah sepakat bahwa media pendidikan dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya.

Harjanto (dalam Wijaya Kusumah, 2007) mengemukakan bahwa manfaat media pengajaran adalah sebagai berikut:

a. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.

b. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pengajaran

c. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

d. Pengajaran akan lebih menarik perhatian belajar siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

Sedangkan menurut Lilik Setiono (2008) bahwa peranan media dalam proses pembelajaran dapat ditempatkan sebagai berikut:

a. Alat untuk memperjelas bahan pembelajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini, media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pembelajaran.

b. Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut dan dipecahkan oleh para peserta didik dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau simulasi belajar siswa.

c. Sumber belajar bagi siswa. Artinya media tersebut adalah bahan-bahan yang harus dipelajari para peserta didik baik individual maupun kelompok. Dengan demikian, akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.

Sedangkan Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

3. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

2.3 Media Pembelajaran Animasi Flash Fisika

Belajar sebagai prilaku manusia untuk memahami dan menguasai objek yang dipelajari manusia membutuhkan perangkat pembelajaran (media) yang diciptakan untuk mempermudah manusia dalam memahami dan menguasai materi belajar. Animasi sebagai bagian dari teknologi informasi sangat mendukung dalam pembelajaran sebab penggunaan animasi dalam pembelajaran memberikan kesan menyenangkan dan membantu siswa dalam proses pembelajaran.

Arno Prasetio (2006:9) Animasi Flash Fisika adalah suatu media yang digunakan untuk mempermudah penyampaian suatu konsep fisika yang bersifat abstrak yang dalam penerapannya menggunakan komputer dan media imager proyector.

Andi Pramono (2007:1) mengatakan bahwa Animasi flash fisika dapat dibuat dengan menggunakan software macromedia flash. Macromedia flash adalah sebuah software animasi yang sekarang saat ini menjadi software favorit dan banyak digunakan para web designer untuk membuat webnya lebih dinamis. Macromedia Flash MX merupakan gabungan konsep pembelajaran dengan teknologi audiovisual yang mampu menghasilkan fitur-fitur baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan.

Macromedia Flash MX merupakan software keluaran Macromedia Inc. Software ini merupakan program untuk mendesain grafis animasi yang sangat populer dan banyak digunakan desainer grafis. Kelebihan flash terletak pada kemampuannya menghasilkan animasi gerak dan suara. Awal perkembangan flash banyak digunakan untuk animasi pada website, namun saat ini mulai banyak digunakan untuk media pembelajaran karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki.

Yohanes Surya (Wikipedia, 2007) mengatakan bahwa Animasi flash fisika membuat pelajaran fisika menjadi menyenangkan. Sebab animasi flash fisika dapat menjelaskan dari konsep-konsep dasar hingga pada konsep-konsep yang bersifat abstrak. Banyak hal yang sulit dibayangkan tetapi dapat dijelaskan melalui animasi flash. Misalnya bagaimana bulan dapat bergerak mengelilingi bumi. Gaya-gaya mana saja yang bekerja baik dilihat dari frame bumi maupun frame bulan. Sehingga dalam pembuatan animasi disesuaikan dengan rumus yang berlaku. Misalnya gerak benda jatuh, tidak bisa benda jatuh kecepatan selalu sama, harusnya benda tersebut bergerak makin lama makin cepat.

Dibandingkan dengan teknologi lain animasi flash lebih cepat, grafisnya bagus, dan fleksibel (dapat dikirim di Internet), sehingga dapat memudahkan para guru yang ingin melakukan down load materi-materi fisika baik dari konsep-konsep dasar maupun konsep-konsep yang bersifat abstrak .

Bagi siswa itu sendiri, animasi flash dapat menjadikan mata pelajaran fisika menjadi lebih mudah dipahami oleh para siswa. Siswa yang pada awalnya berfikir bahwa fisika hanyalah identik dengan dengan banyak rumus, tetapi dengan menggunakan animasi flash fisika diharapkan fisika menjadi mata pelajaran menyenangkan.

2.4 Model Pembelajaran Kooperatif

2.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan.Oleh karena itu pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005), model pembelajaran adalah pedoman berupa program atau petunjuk strategi mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman itu memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa selama belajar. Dengan pemilihan metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran, diharapkan adanya perubahan dari mengingat (memorizing) atau menghapal (rote learning) ke arah berpikir (thinking) dan pemahaman (understanding), dari model ceramah ke pendekatan discovery learning atau inquiry learning, dari belajar individual ke kooperatif, serta dari subject centered ke clearer centered atau terkonstruksinya pengetahuan siswa (Setiawan, 2005).

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok- kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Nur (2000), semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan pada model pembelajaran kooperatif berbeda dengan struktur tugas, struktur tujuan serta struktur penghargaan model pembelajaran yang lain. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut

a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Masih menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

d. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain.

Pembelajaran kooperatif atau cooperatif learning mengaju pada metode pengajaran dimana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Khas pembelajaran koperatif, siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok kooperatif dan tinggal bersama sebagai satu kelompok untuk beberapa minggu atau beberapa bulan. Mereka biasanya dilatih keterampilan-keterampilan khusus untuk membantu mereka bekerjasama dengan baik, sebagai misal dalam satu pembelajaran tertentu, para siswa bekerja kelompok-kelompok yang sedang berupaya menemukan sesuatu. Setelah jam pelajaran yang resmi terjadwal itu habis, siswa dapat bekerja sebagai kelompok-kelompok diskusi. Akhirnya, siswa mendapat kesempatan bekerja sama memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai tentang segala sesuatu tentang pelajaran tersebut dalam persiapan untuk kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok.

2.4.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pada penelitian ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe STAD (STAD (Student Teams Achievement Division). Pada pembelajaran dengan metode STAD ini siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut dan di akhir pembelajaran siswa diberikan kuis mengenai materi yang telah dipelajari, pada waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.

Pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran biasa seperti berikut ini

a. Mengajar : menyajikan pelajaran

b. Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim dan mereka dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.

c. Tes: Siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual (misalnya test essai atau kinerja)

d. Penghargaan tim: Skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, dan sertifikat, laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim yang berhasil mencetak skor tinggi.

Berkaitan dengan media pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yakni animasi flash, maka peneliti dalam menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, peneliti memanfaatkan media animasi flash sebagai penunjang dalam proses pembelajaran.

Sehingga langkah-langkah dalam pembelajaran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa dalam bentuk animasi flash.

2. Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan animasi flash

3. Guru membagi siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat anggota.

4. Guru membagikan LKS (lembar kegiatan siswa) untuk materi yang diajarkan

5. Guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mendiskusikan LKS (lembar kegiatan siswa) yang telah dibagikan.

6. Guru membagikan kunci jawaban dari LKS yang telah diberikan pada setiap kelompok untuk didiskusikan, jawaban LKS ini juga ditampilkan dengan menggunakan media animasi flash.

7. Guru memberikan kuis mengenai materi yang dipelajari dengan menggunakan animasi flash.

8. Guru memberikan skor individual dan skor tim.

9. Guru memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi setiap tim.

2.5 Tinjauan Tentang Hasil Belajar

Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan yang paling pokok adalah proses belajar mengajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa untuk mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran tergantung dari proses mengajar dan proses belajar yang dialami siswa serta hasil belajar yang diperoleh siswa.

Reigelut (dalam Nurdin, 2006) secara umum mengatakan bahwa hasil belajar dapat dikategorikan menjadi tiga indikator, yaitu: (1) aktifitas pembelajaran yang biasanya diukur dari tingkat keberhasilan siswa dari berbagai segi; (2) efisiensi pembelajaran, yang biasanya diukur dari waktu belajar dan biaya pembelajaran; (3) daya tarik pembelajaran, yang diukur dari tendensi siswa untuk belajar terus menerus.

Menurut Hamalik (2001:159) hasil belajar adalah menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa, menurut Sudjana (1995:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya, menurut Sedangkan menurut Effendi dan Praja (1984:106) hasil belajar adalah perubahan yang diperoleh individu setelah melalui proses belajar. Sedangkan menurut Dimyati dan Mujiono (1994:26) bahwa hasil belajar adalah sebuah kegiatan belajar mengajar yang menghendaki tercapainya tujuan pembelajaran dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala nilai.

Bloom (dalam Wikipedia, 2008) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah atau domain yaitu: ranah kognitif, dimana ranah ini menaruh perhaitan pada pengembangan kapabilitas dan keterampilan intektual. Ranah afektif, ranah ini berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi yang dipelajari. Ranah psikomotor, berkaitan dengan kegiatan manipulatif atau keterampilan motorik. Selanjutnya Bloom (dalam wikipedia, 2008) mengklasifikasikan ranah kognitif menjadi enam aspek yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

Berdasarkan uraian di atas, maka hasil belajar adalah seberapa besar tingkat penguasaan siswa dalam aspek pemahaman dan penerapan yang dialami siswa setelah melalui proses pembelajaran.

Berkaitan dengan hasil belajar fisika maka untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka dibutuhkan perhatian, ketekunan dan motivasi yang tinggi dalam menyerap materi-materi yang disajikan oleh guru. Dengan demikian siswa dapat memiliki kecakapan, pemahaman, sikap dan keterampilan yang mampu bersaing.

Pembelajaran fisika tidak hanya berlangsung pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di ruang kelas, akan tetapi lebih jauh lagi siswa mampu memperkaya pengetahuan yang diperoleh dengan mengimplementasikannya pada alam dan realita, mengingat bahan pelajaran fisika adalah materi pelajaran yang membahas alam secara komprehensif. Dalam mempelajari suatu materi fisika, para siswa tentunya mempunyai nilai yang tidak sama terhadap materi pelajaran fisika. Karena setiap materi pelajaran mempunyai tingkatan belajar yang berbeda yaitu:

a. Tingkat Pengenalan

b. Pada tingkat pengenalan ini siswa diharapkan dapat menegososiasikan kata-kata atau gambar ke pengertian yang benar. Pada tingkat pengenalan ini siwa dihadapkan pada informasi yang dianggap kurang penting. Misalnya siswa hanya dimintakan untuk mengetahui bahwa Hertz merupakan satuan dari frekuensi.

c. Tingkat ingatan

d. Tingkat ingatan ini berhubungan dengan informasi yang lebih penting daripada tingkat pengenalan. Sehingga pada tingkat ingatan ini informasi dapat berkembang. Sebagai contoh siswa harus dapat mengingat sifat-sifat umum dari cahaya.

e. Tingkat Penguasaan

f. Pada tingkat penguasaan ini informasi yang diperoleh merupakan hal-hal yang sangat penting oleh karena itu tingkat penguasaan ini belajar yang tinggi karena siswa harus dapat mempraktekkan salah satu alat yang berhubungan dengan pembelajaran fisika.

2.6 Tipe-Tipe Hasil Belajar

Bloom (dalam Uno, 1998:20) berpendapat bahwa “Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dikategorikan dalam tiga aspek yakni tipe hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotor”.

1.Tipe hasil belajar bidang kognitif

a. Tipe hasil belajar hafalan

Pengetahuan hafalan adalah pengetahuan yang bersifat faktual di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali, seperti batasan istilah, pasal, hukum, bab, ayat, dan lain-lain.

b. Tipe hasil belajar Pemahaman

Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Dengan kata lain pemahaman adalah kemampuan menggunakan atau menafsirkan suatu bahan yang sudah dipelajari ke dalam situasi baru (konkrit) seperti penerapan suatu teori, konsep atau metode.

c. Tipe hasil Belajar Sintesis

Sintesis adalah kemampuan menunjukkan kepada penghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan, maksudnya bahwa sintesis kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna, atau menyatukan unsur menjadi integritas.

d. Tipe Hasil Belajar evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang dimilikinya dan kriteria yang dipakainya, maksudnya bahwa siswa bahwa menilai berdasarkan maksud dan acuan yang telah ditetapkan.

2.Tipe hasil belajar bidang afektif

Aspek afektif berkaitan dengan sikap, nilai, intres, apresiasi dan penyusunan peranan sosial. Hasil belajar menurut Bloom (Dimyati, 1994:26) diklasifikasikan dalam 5 bagian :

a. Penerimaan yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaan pendapat

b. Partisipasi, yang mencakup kerelaaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan pembentukan sikap, misalnya menerima suatu pendapat dari orang lain

d. Organisasi, yang mencakup membentuk suatu sistem nilai sebagai suatu nilai pedoman dan pegangan hidup misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan sebagai pedoman bertindak secara bertindak secara tanggung jawab.

e. Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola penilaian pribadi, misalnya kemampuan mempertimbangkan dan menunjukkan tindakan yang disiplin.

3.Tipe hasil Belajar bidang Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan kemampuan tindakan individu seseorang.

Hasil belajar di bidang ini menurut Dimyati dan Mujiono (1987:54) di klasifikasikan sebagai berikut:

a. Gerakan refleks ( keterampilan pada gerakan yang tidak sadar)

b. Keterampilan pada gerakan-gerakan sadar.

c. Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan aditif motorik dan lain-lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan.

e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan kompleks.

f. Kemampuan yang berkenaan non decersive komunikasi seperti gerakan ekspresif dan enterpresif.

Dari ketiga tipe hasil belajar yang telah diuraikan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa setiap guru fisika dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus harus membuat ketiga tipe tersebut, maka tujuan yang diharapkan akan dapat tercapai.

2.7 Keterkaitan Hasil Belajar dengan Media Visual

Media visual berupa aplikasi animasi flash dalam proses pembelajaran memegang peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar belajar yang efektif. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain, tujuan, bahan metode, media serta evaluasi. Unsur metode dan media merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran agar sampai pada tujuan tersebut, media visual memegang peranan penting. Sebab dengan adanya peranan media visual berupa aplikasi program animasi flash materi dapat dengan mudah diberikan pada siswa, dan siswa juga dapat dengan mudah memahami materi yang diberikan oleh guru.

Media visual biasa disebut media pandang dengar. Dengan adanya media tersebut diharapkan agar bahan pelajaran yang disampaikan guru lebih menarik dan dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Dalam proses belajar mengajar media visual digunakan dengan tujuan untuk membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

2.8 Tinjauan tentang wujud zat

2.8.1 Sifat zat berdasarkan wujudnya

1.Menyelidiki perubahan wujud suatu zat

Ada beberapa perubahan wujud suatu zat yaitu melebur, membeku, menguap, menyublim dan mengembun.

a.Peleburan

Peleburan adalah suatu peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi zat cair. Contoh peleburan dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti ketika kita memasukkan es ke dalam air hangat maka kita akan mengamati bahwa es itu segera mencair setelah dimasukkan.

b.Pembekuan

Pembekuan adalah suatu peristiwa perubahan wujud zat cair menjadi zat padat. Contoh pembekuan dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti ketika kita memasukkan air ke dalam ruang pembeku almari es dan kita tunggu berapa jam maka kita akan mengamati bahwa air yang kita masukkan telah berubah menjadi es batu.

c.Penguapan

Penguapan adalah suatu peristiwa perubahan wujud zat cair menjadi gas. Contoh penguapan dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti ketika kita merebus. Air yang kita rebus setelah beberapa saat akan mendidih dan banyak uap air di atas permukaan air yang mendidih tersebut.

d.Penyubliman

Penyubliman adalah suatu peristiwa perubahan wujud zat padat menjadi gas. Contoh penyubliman dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti ketika kita meletakkan kapur barus di ruangan terbuka dalam waktu yang cukup lama, kemudian kita mengamati kapur barus tersebut ternyata ukuran kapur barus tersebut tidak tetap. Makin lama kapur barus tersebut menjadi kecil ukurannya. Peristiwa penyusutan ini karena sebagian besar kapur barus telah berubah menjadi gas.

e.Pengembunan

Pengembunan adalah suatu peristiwa perubahan wujud zat dari gas menjadi cair. Contoh pengembunan dalam kehidupan sehari-hari adalah seperti ketika kita mengamati adanya titik-titik air di luar gelas yang berisi air es. Titik-titik air pada gelas itu merupakan uap air di udara yang berubah menjadi air.

Jadi pada dasarnya secara sederhana dapat dijelaskan bahwa suatu zat dapat berupa gas, cair, atau padat.

2. Susunan dan gerak partikel wujud zat

Pada dasarnya terdapat tiga wujud zat, yakni: padat, cair dan gas. Wujud suatu zat pada tekanan tetap bergantung pada suhunya. Sebagai contoh, air berupa es (wujud padat) pada suhu rendah dan berupa wujud air (wujud cair) pada suhu kamar. Pada suhu yang lebih tinggi, air berubah menjadi uap air (wujud gas).

Setiap wujud zat mempunyai sifat-sifat khusus yang dapat digunakan untuk mengenali zat tersebut.

a. Padat

Setiap zat padat memiliki bentuk dan volume yang tetap, sebab partikel zat padat saling berdekatan dan terikat kuat oleh gaya antar partikel tersebut. Hal ini menyebabkan volume zat padat tidak dapat dimampatkan menjadi lebih kecil. Partikel-partikel itu mampu menggetarkan tetangga dekatnya, namun partikel-partikel itu tidak mempunyai energi yang cukup untuk keluar dari posisisnya atau melepaskan diri dari ikatannya.

Zat padat dapat berupa kristal atau amorf. Pada kebanyakan zat padat, partikel-partikelnya tertata secara teratur dan berulang. Zat padat yang demikian disebut kristal. Jenis zat padat yang berbeda, mempunyai bentuk kristal yang berbeda pula. Beberapa za zat padat, seperti gelas dan beberapa jenis plastik dan lilin, memiliki susunan partikel yang tidak teratur. Zat padat semacam ini disebut amorf. Susunan zat padat dapat diamati dengan difraksi sinar-X.

b. Cair

Seperti halnya zat padat, zat cair tidak dapat dimampatkan sehingga volumenya menjadi lebih kecil. Seperti jika kita menekan ke bawah satu liter air dengan tangan kita, volumenya akan tetap satu liter. Zat cair yang dituangkan ke dalam suatu wadah maka zat cair tersebut akan berbentuk seperti wadah tempat zat cair tersebut dituangkan.

Menurut teori kinetik zat hal ini disebabkan partikel-partikel zat cair juga saling berdekatan dan merapat. Berbeda dengan zat padat, partikel-partikel zat cair mempunyai energi yang cukup untuk berpindah atau mengembara. Gerak partikel tersebut menyebabkan zat cair mengalir dan mengambil bentuk seperti wadahnya.

c. Gas

Berbeda dengan zat padat maupun zat cair, gas dapat dimampatkan untuk mengisi ruang yang lebih kecil. Gas memiliki bentuk dan volume yang tidak tetap. Gas juga dapat memuai dan menyusut mengikuti ruang yang tersedia. Hal ini dapat dijelaskan melalui teori kinetik zat, partikel-partikel gas mempunyai energi yang cukup untuk memisahkan diri dari pertikel-partikel lainnya. Oleh karena itu partikel-partikel itu bebas bergerak ke segala arah sampai gas menyebar merata ke seluruh wadahnya. Karena partikel-partikel gas tidak saling berdekatan dan merapat, maka partikel-partikel itu dapat juga dimampatkan ke dalam ruangan yang lebih kecil.

2.8.2 Sifat Zat Penerapannya Dalam Kehidupan Sehari-Hari

a. Kohesi dan Adhesi

Telah kita ketahui zat cair tersusun dari partikel-partikel yang sangat kecil dan saling tarik menarik. Gaya tarik menarik antara partikel zat yang sejenis pada suatu zat disebut gaya kohesi. Gaya kohesi total pada permukaan zat terarah ke dalam. Hal ini menyebabkan tetes-tetes zat cair tersebut cenderung berbentuk bola.

Partikel-partikel zat cair di permukaan zat cair tertarik ke dalam.Akibatnya di permukaan zat cair menjadi teregang, seperti balon karet yang ditarik. Oleh sebab itu, zat cair memiliki tegangan permukaan.

Bila dua zat yang berbeda saling bersentuhan, terjadi gaya tarik-menarik antara partikel-partikel kedua zat pada daerah persentuhannya. Gaya tarik menarik antara partikel-partikel zat yang tidak sejenis disebut gaya adhesi. Konsep kohesi dan adhesi inilah yang dapat menjelaskan mengapa ketika kita meneteskan raksa di atas kaca datar maka raksa tersebut berbentuk bola. Namun ketika kita meneteskan alkohol di atas permukaan kaca yang sama ternyata alkohol tersebut tidak berbentuk bola, melainkan menyebar membasahi kaca.

b. Peristiwa kapilaritas

Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler. Pipa kapiler merupakan pipa dengan diameter kecil Peristiwa kapilaritas pada dasarnya berasal dari gaya adhesi. Minyak tanah dapat naik melalui sumbu, karena gaya adhesi lebih besar daripada gaya kohesi. Akibatnya minyak tanah membasahi dinding pori-pori sumbu dan bergerak naik.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Setting dan Karakteristik Penelitian

3.1.1Setting Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo, pada semester ganjil Tahun ajaran 2008/2009, yang dibatasi pada materi wujud zat.

3.1.2Karakteristik Penelitian

Kelas yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah kelas VII. Siswa yang dikenai tindakan memiliki kemampuan yang heterogen.


3.2 Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan tindakan, Peneliti bersama Guru Fisika sebagai mitra perlu mengadakan persiapan, sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang harus ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah di tempat penelitian sekaligus meminta izin atas persetujuan dalam pelaksanaan penelitian.

2. Mengadakan observasi dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam proses belajar mengajar di SMP Negeri 6 Gorontalo.

3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD.

4. Mempersiapkan alat dan bahan yang di butuhkan pada saat proses pembelajaran berlangsung seperti komputer dan LCD.

5. Mempersiapkan animasi flash yang disesuaikan dengan materi yang akan di ajarkan.

6. Mengidentifikasi masalah yang di tindaki melalui refleks awal.

7 Membuat alat evaluasi yang dijadikan dasar untuk mempertimbangkan pelaksanaan tindakan selanjutnya.

b. Tahap Pelaksanaan tindakan

Siklus I

1. Melaksanakan pembelajaran dikelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah direncanakan.

2. Bersama-sama guru mata pelajaran Fisika lainnya memantau dan mengamati pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan sebagai alat bantu dalam menentukan tindakan selanjutnya.

3. Mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai indikator capaian yang telah dirumuskan pada rencana pembelajaran.

4. Menganalisa hasil evaluasi pembelajaran.

5. Menyimpulkan hasil yang dicapai siswa.

Siklus II

Apabila ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (70 %) dengan skor minimal 65 dari seluruh siswa yang dikenai tindakan, maka pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus II.

Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada siklus II adalah :

1. Mereview dan merencanakan tindakan baru pada aspek yang belum tuntas.

2. Melaksanakan tindakan baru, serta pemantauan aspek-aspek dalam kegiatan pembelajaran.

3. Mengevaluasi hasil pembelajaran sesuai indikator capaian.

4. Menganalisis data dan merefleksi.

c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi

Pada tahap ini peneliti melakukan dua jenis kegiatan sekaligus yakni pemantauan dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media animasi flash fisika. Kegiatan ini bertujuan untuk melihat apakah hasil belajar tersebut tetap seperti perolehan hasil pada siklus-siklus yang telah dilaksanakan. Untuk mempermudah penelitian ini peneliti menggunakan alat atau instrumen yaitu berupa tes hasil belajar siswa.

d. Tahap Analisis dan Refleksi

Salah satu ciri khas profesionalitas dalam penelitian adalah dilakukannya pengambilan keputusan ahli sebelum, sementara dan setelah tindakan layanan ahli dilaksanakan. Untuk dapat melakukan hal itu secara efektif harus dilakukan refleksi yang disertai dengan analisis. Oleh karena itu, kegiatan analisis dan refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus.

Kegiatan analisis dan refleksi ini bertujuan untuk melihat, memperbaiki dan meningkatkan hasil yang telah dicapai dalam kegiatan yang telah dilaksanakan pada setiap siklus serta merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada tahap berikutnya.

3.3 Prosedur Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri :

1.Lembar Pengamatan Kegiatan Guru

Dalam penelitian ini lembar pengamatan kegiatan guru digunakan untuk melihat apakah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran sesuai dengan aspek-aspek dari penggunaan media animasi flash fisika. Dalam lembar pengamatan kegiatan guru menggambarkan langkah-langkah pembelajaran, yang berisi tentang kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup selama proses pembelajaran.

2.Lembar Pengamatan Kegiatan Siswa

Lembar pengamatan siswa memuat 5 aspek yang diamati dari kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, lima aspek tersebut yaitu: (1) Perhatian siswa ketika menerima perintah; (2) Aktif dalam proses diskusi kelompok; (3) Menjawab pertanyaan/quis; (4) Turut aktif dalam menyelesaikan tugas belajar; (5) Menanggapi jawaban siswa lain.

3.Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar dalam penelitian ini, maka diukur dengan menggunakan tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian (essay) dengan jumlah 5 butir pada siklus I dan 4 butir soal pada siklus II dan mencerminkan isi kurikulum yang dikehendaki. Proses penyekoran setiap butir tes ini didasarkan pada pedoman penyekoran seperti yang terdapat pada lampiran. Tes ini didistribusi berdasarkan indikator yang telah ditentukan serta berdasarkan pada pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada materi yang telah diajarkan.

3.4Rencana Tindakan

1. Pendahuluan

  1. Menarik perhatian sekaligus memotivasi siswa dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan dengan menggunakan animasi flash.
  2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa dalam bentuk animasi flash.
  3. Guru menyajikan materi pembelajaran dengan menggunakan animasi flash.

2.Kegiatan Inti

  1. Guru membagi siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat anggota.
  2. Membagikan LKS (lembar kegiatan siswa) untuk materi yang diajarkan
  3. Memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk mendiskusikan LKS (lembar kegiatan siswa) yang telah dibagikan.
  4. 4.Membagikan kunci jawaban dari LKS yang telah diberikan pada setiap kelompok untuk didiskusikan, jawaban LKS ini juga ditampilkan dengan menggunakan media animasi flash agar dapat dibahas secara bersama-sama.

3. Penutup.

  1. Membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang diajarkan.
  2. Memberikan kuis mengenai materi yang dipelajari dengan menggunakan animasi flash.
  3. Memberikan skor individual dan skor tim.
  4. Memberikan penghargaan dan pengakuan terhadap prestasi setiap tim.

3.5 Kriteria Keberhasilan Pencapaian Tindakan

Berikut ini adalah kriteria-kriteria untuk mengetahui tingkat keberhasilan pencapaian tujuan dalam penelitian.

  1. Ketuntasan belajar siswa secara perorangan minimal mencapai skor nilai 65.
  2. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal minimal mencapai 70% dari jumlah siswa dengan skor minimal 65.

3.5Analisis Data

Dalam proses penelitian tindakan kelas analisis data merupakan hal yang penting. Analisis data ini dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan pada setiap akhir siklus. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dan menggunakan analisis prosentase. Data hasil belajar (berupa tes) yang digunakan untuk melihat ketuntasan hasil belajar.

Untuk mengetahui hal tersebut, maka digunakan rumus sebagai berikut :

1. Ketuntasan perorangan = (Jumlah skor / skor total) x 100

2. Ketuntasan Kasikal = (Jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 / Jumlah siswa keseluruhan) x 100 %

3. Nilai Rata-rata = Jumlah Nilai/ Jumlah Siswa

Dalam penelitian ini, yang dimaksud hasil belajar adalah hasil evaluasi yang diperoleh siswa pada akhir siklus dengan menggunakan skor yang telah ditentukan.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta

Efendi, Usman dan Usman Praja . 1984. Pengantar Psikologi. Bandung : Angkas

Hamalik, Oemar.1994. Media Pendidikan. (cetakan ke-7). Bandung : PT Citra Aditya Bakti

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA.

Sudjana, Nana. 1995. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Uno, B, Hamzah. 1998, Teori Belajar Dan Pembelajaran, Nurul Janah, Gorontalo.

Witrock. 1990. Educational Phsycologiy. New York : Logman.

Sudrajat, Ahmad. 2008. http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Setiono, Lilik. 2007. http://omtion.blogspot.com/2007/06/media-pembelajaran.html

Ibrahim, Nurdin, 2001.Hasil Belajar Siswa. Jakarta: http://www.depdiknas.go.id

Surya, yohanes. 2007. http://www.babaflash.com/interview.asp


Nona cantik....rambut ijo